Sejarah
Gulat
Gulat selalu menjadi olahraga yang sangat populer dalam seluruh
sejarah manusia. Asal usul gulat dapat di telusuri kembali sejak 15.000 tahun
yang lalu melalui gambar di sebuah gua di perancis. Sebuah Relief yang terdapat
dalam mitologi bangsa Babilonia dan mesir menunjukan aktivitas dan
teknik-teknik para pegulat, sehingga diketahui semua orang saat ini.
Dalam tradisi barat, referensi untuk pertandingan gulat telah
ditemukan dalam epik Gilgames bangsa Babilonia. Ini berarti bahwa gulat didunia
barat dipengaruhi oleh bangsa timur Dekat, bangsa Babilonia. Dalam
dokomen bangsa Babilonia diceritakantentang kemenangan seorang pahlawan yang
menumpas kejahatan. Dengan menganalisis dokomen tersebut, ternyata, diketahui
bahwa mereka yang menjadi pahlawan dan pemenang itu telah mempraktekan teknik
gulat untuk mengalahkan musuhnya.
Dijaman mesir kono, pertarungan gulat merupakan upaya untuk
menunjukan kecakapan fisik dan kemampuan militer para tentara kepada para
bangsawan. Wolfgang Decker, seorang peneliti olahraga dijaman mesir kono,
berpendapat bahwa gulat terutama sekali digunakan sebagai bentuk pelatihan bagi
tentara.
Dalam sejarah yunani kono, gulat menduduki tempat penting dalam
legenda dan sastra. Gulat yang dikenal saat itu adalah gulat kompetisi, karena
tidak dibentingi oleh peraturan. Namun denikian, gulat tetap menjadi olahraga
olimpiade bangsa yunani. Bahkan, gulat yang dikembangkan oleh bangsa
Romawi kono banyak meminjam banyak meminjam teknik gulat yunani. Di yunani
banyak didirikan palaestra atau sekolah gulat, di sekolah ini anak laki-laki
mempelajari aturan sederhana, tentang gulat yunani.Orang yunani bergulat dalam
lubang pasir yang disebut skamma, dan kontestan masih tertutup oleh minyak damn
dilapisi debu sebelum memasuki arena pertandingan.
Vases menggambarkan angka-angka dari Mitologi yunani, terutama
Heracles dan Theseus (penemu gulat ilmiah), dengan menunjukan bahwa mereka
dapat mengalahkan monster fantastik dengan menggunakan teknik gulat yang
berlaku dengan standar. Gambar pegulat pun muncul di koin Aspendosm Syracuse,
dan Alexandria, dan sejumlah pertandingan gulat dapat ditemukan dalam tulisan
Humer, Statius, dan Quintus dari Smirna. Bahkan Plato, seorang filsuf yang
terkenal, pernah dieritakan mengikiti kompetisi dalam kejuaraan yang diadakan
di Delphi dan Nemea.
Orang-orang yunani bersaing untuk mewakili kota kelahirannya dalam
festival gulat yang waktu itu jumlahnya selalu meningkat di setiap tahun,
pegulat fropesional yang paling terkenlal pada saat itu adalah Milo dari kota
Croton. Milo mendapatkan pengakuan pada olimpiade masa yunani kuno di abad 540
SM. Dan memenangkan lagi dalam enam olimpiade berturut-turut, milo tidak pernah
berpartisipasi dalam gulat yang lebih brutal atau yang pada saat itu sering
dikenal dengan istilah Pankration. Pankration jauh lebih brotal dari gulat
propesional modern, kemenangan dicapai dengan memaksa lawan anda mengakui
kekalahan.
Selama abad pertengahan, gulat mencerminkan gaya hidup orang
eropa. Gulat tidak membutuhka peralatan yang khusus dan semakin
populer karena taruhanpara penonton dafasilitasi oleh pihak penyelenggara
pertandingan.Dalam tradisi inggris, telah dikembangkan dan dimodifikasi pada
saat periode Renaissance. Pembukaan pertandingan memerlukan berbagai gaya yang
berbeda. Sebagai contoh, di cumberland dan westmorelend, dimulai dengan
pertandingan dagu beristirahat di bahu lawan kemudian menjatuhkan lawan ke
tanah untuk memenangkan pertandingan.
Do cornwall, jenis jaket gulat menjadi bentuk yang lebih disukai,
dengan melarang pemail memegang bagian dibawah pinggang. Ilistratur
berkebangsaan jerman, albrecht rer du, membuat lebih dari seratus gambar teknik
memegang dalam gulat, dan fabian von auerwald’s rinferkunst ( 1539 ), membuat
salah satu buku ilustrasi tentang teknik bergulat secara rinci. Buku karya
Elyot ThomasGovernour ( 1531 ), merupakan karya pertama yang memfokuskan paa
pendidikan jasmani, dan gulat di promosikan sebagai latihan sehat. Seabat
kemudian seorang matematikawan, Sir Thomas Parkyns, menerbitkan The Inn-Play
atau Cornish-Hugg Wrestler, sebuah karya yang tidak hanya menganjurkan olahraga
tatapi juga menetapkan aturan untuk menghindari perilaku yang tidak sportif
selama pertandingan.
Olahraga Gulat adalah olahraga beladiri kuno, kemungkinan sudah ada
sekitar tahun 2050 sebelum Masehi. Mula-mula dilakukan oleh bangsa Sumeria
kemudian berkembang di Mesir. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan
sejarah di Mesir yang mengungkapkan bahwa di Mesir pada sekitar 1 atau 2
abad sebelum Masehi sudah terdapat olahraga gulat. Lukisan dinding
pada makam di Benni Hassan misalnya. Di sana banyak terdapat gambar-gambar
orang gulat. Di Benni Hassan sendiri ada sekitar 40 lukisan, di makam Bahti III
ada sekitar 219, dan di makam Setti ada sekitar 122 lukisan. Dari gambar-gambar
tersebut sudah nampak adanya teknik–teknik dalam gulat, seperti teknik berdiri
pada posisi yang kokoh dan teknik serangan kaki. Di Yunani gulat berkembang
sangat pesat bahkan termasuk satu di antara tiga hal yang sangat dijunjung
tinggi di Yunani ialah Ilmu Pengetahuan, Seni dan Olahraga yang dalam hal ini
adalah gulat. Dari perkembangan di Yunani inilah selama berabad-abad, gulat
masuk dalam olahraga dunia dan dipertandingkan dalam event olahraga dunia. (
Petrov, 1987 : 20-22 )
Pengertian gulat pada mulanya adalah suatu kegiatan yang
menggunakan tenaga dan dimungkinkan mengandung pengertian suatu perkelahian
atau pertarungan yang sangat sengit untuk mengalahkan lawan dengan saling
memukul, menendang, mencekik bahkan menggigit. Sedangkan gulat sebagai alat
bela diri dilakukan manusia pada saat orang itu terjepit dan tidak memiliki
senjata, satu-satunya alat bela diri adalah dengan cara bergulat. (PGSI, 1985 :
50).
Olahraga gulat masuk di Indonesia pada tahun 1961 oleh pendiri
Sekolah Beladiri yang berkedudukan di Bandung dengan pendiri Bp. BATLING ONG
pemilik SCHOOL OF SELF DEFENCE INDONESIA (SOSI). Di Kabupaten Ciamis dirintis
pemasalanya oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Binmudora pada tahun 2004
dan dihimpun dalam wadah Persatuan Gulat Seluruh Indonesia Cabang Ciamis pada
tahun 2005. Di Ciamis olahraga beladiri gulat dipelopori dan dibina oleh Bpk
RUSDIHARTO, S.pd. Beliau adalah seorang guru olahraga dan sekarang menjabat
menjadi WAKASEK di SMKN 1 CIAMIS. Di awal perkembangannya tempat latihan di
aula UPTD Kabupaten Ciamis. pelatih Bpk RUSDIHARTO, S.pd dengan
assisten Devi herdiman S.pd dan Uyat p S.pd Sekarang telah berkembang di SMKN 1
CIAMIS. Dengan beberapa assisten pelatihnya yaitu Parid Padilah,Budi
Nurjaman,Hendi,Carmana dan Edi Setiadi yang dibina dari gulat pada waktu masih
sekolah dan masih banyak lagi yang masih berstatus sebagai mahasiswa yang
apabila mereka pulang ke Ciamis berbagi ilmu, tekhnik, taktik serta motivasi
dalam olahraga gulat untuk kemajuan prestasi gulat Kabupaten Ciamis pada
khususnya dan olahraga pada umumnya.
Dalam rangka pembinaan prestasi, untuk mengukur tingkat kemampuan
selama berlatih, telah diikutsertakan dalam event resmi baik ditingkat Jawa
Barat maupun Nasional. Dalam Kejuaraan Pelajar, Kejurda Yunior Kejurda Senior,
yang rutin tiap tahunnya dan bahkan sudah menyumbangkan medali mulai dari
PORDA TH 2006 dan PORPROV TH 2010 ( Hasil yang dicapai terdapat
dalam lampiran )
1. Sejarah
Gulat Masuk ke Indonesia
Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat
internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia
ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta
di kota besar sebagai acara hiburan.
Tahun
1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang
seperti Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara
berangsur-angsur menjadi hilang.
2. Sejarah
Gulat Dunia
Gulat merupakan salah satu bentuk pertempuran yang paling tua.
Referensi sastra untuk fakta itu terjadi di Iliad, di mana Homer menceritakan
Perang Troya dari 13 atau 12 abad SM. Asal-usul gulat bisa dirunut 15.000 tahun
yang lalu melalui gambar-gambar gua di Perancis. Relief Babilonia dan Mesir
menunjukkan para pegulat menggunakan sebagian besar benda yang dikenal dalam
olahraga masa kini.
Di
Yunani kuno gulat menempati tempat yang terhormat di dalam legenda dan sastra;
kompetisi gulat, brutal dalam banyak aspek, menduduki olahraga fokus dalam
Olimpiade kuno. Roma kuno banyak meminjam dari gulat Yunani, tapi dengan
mengeliminasi banyak kebrutalan.
Selama Abad Pertengahan (abad kelima hingga abad kelima belas)
gulat tetap populer dan mendapatkan perlindungan dari banyak keluarga kerajaan,
termasuk Perancis, Jepang, dan Inggris.
Pemukim Eropa awal di Amerika membawa tradisi gulat yang kuat
apabila mereka datang dari Inggris. Para pemukim juga mendapati bahwa gulat
menjadi populer di kalangan penduduk asli Amerika. Gulat amatir berkembang
sepanjang tahun-tahun awal koloni Amerika Utara dan menempati kedudukan sebagai
kegiatan yang populer dalam pameran negara, perayaan liburan, dan latihan
militer. Turnamen gulat nasional pertama yang diselenggarakan berlangsung di
New York City pada tahun 1888, dan gulat telah menjadi sebuah pertandingan di
setiap Olimpiade modern yang sejak 1904 di St Louis, Missouri (demonstrasi
telah dilakukan di Olimpiade modern pertama). Badan internasional untuk
olahraga gulat, United World Wrestling (UWW), didirikan pada tahun 1912 di
Antwerp, Belgia sebagai International Federation of Associated Wrestling Styles
(FILA). Kejuaraan gulat pertama (1st NCAA Wrestling Championships) juga
diadakan pada tahun 1912, di Ames, Iowa. USA Wrestling, terletak di Colorado
Springs, Colorado, menjadi badan nasional gulat amatir pada tahun 1983. Ia
melakukan kompetisi untuk semua tingkat usia.
Gulat adalah olahraga tempur yang melibatkan teknik-teknik bergulat
seperti Clinch fighting, melempar dan take downs, kunci, pin, dan teknik
bergulat yang lain. Sebuah pertarungan gulat adalah kompetisi fisik, antara dua
(kadang-kadang lebih) pesaing atau mitra tanding, yang mencoba untuk
mendapatkan dan mempertahankan posisi unggul. Ada berbagai gaya dengan berbagai
aturan baik gaya bersejarah tradisional maupun gaya modern. Teknik gulat telah
dimasukkan ke dalam seni bela diri lain sebagaimana sistem tempur tangan kosong
dalam militer.
3. Disiplin
Internasional
Disiplin gulat, seperti yang didefinisikan oleh UWW, dipecah
menjadi dua kategori; Disiplin gulat internasional dan disiplin gulat rakyat.
UWW saat ini mengakui enam disiplin ilmu gulat. Tiga adalah disiplin Olimpiade:
gulat Greco-Roman, gulat pria gaya bebas dan gulat perempuan gaya bebas. Tiga
lainnya adalah Pankration amatir, sabuk gulat alysh dan gulat pantai.
4. Gulat
Greco-Roman
Yunani-Romawi adalah disiplin internasional dan olahraga Olimpiade.
Dalam gaya Yunani-Romawi, dilarang untuk memegang lawan di bawah sabuk, untuk
membuat perjalanan, dan untuk secara aktif menggunakan kaki dalam pelaksanaan
tindakan apapun. Perubahan aturan terbaru dalam peningkatan peluang
Yunani-Romawi untuk dan menempatkan penekanan lebih besar pada peledak,
‘amplitudo tinggi’ melempar. Menjepit lawan satu ke matras adalah salah satu
cara untuk menang. Salah satu pegulat Yunani-Romawi yang paling terkenal adalah
Alexander Karelin dari Rusia.
5. Gulat
Freestyle
Gulat gaya bebas adalah disiplin internasional dan olahraga
Olimpiade, baik untuk pria dan wanita. Gaya ini memungkinkan penggunaan pegulat
atau kaki lawannya di menyerang dan bertahan. Gulat gaya bebas memiliki
asal-usul dalam menangkap-as-catch-bisa gulat dan kondisi kemenangan perdana
dalam gaya ini melibatkan pegulat yang menang dengan melemparkan dan
menyematkan lawannya di tikar. SMA Amerika dan perguruan gulat dilakukan di
bawah aturan yang berbeda dan disebut skolastik dan gulat perguruan tinggi.
B. Perkembangan
Gulat di Indonesia
Dalam PON V tahun 1961 di bandung gulat ternmasuk salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan, dilaksanaka di bioskop Varia ( sekarang
nusantara ). Tahun 1962, Asian Games IV berlangsung di jakarta. Indonesia
menurunkan pegulat secara fuul tame, mulai dari kelas 52 kg – 87kg, indonesia
hanya meraih dua medali perunggu melalui mujari (kelas 52 kg) dan Rachman
Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya menggunakan gaya Yunani-Romawi. Tahun 1964,
PB PGSI mengirim para pegulat ke RRC kan Korea Utara. Tahun 1965 menjelang PON
VI di jakarta muncul pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid,
Tigor Siahaan, dan Johny Gozali. Dan semua acara ini gagal karena situasi
politil. Tahun 1966 menjelang Asin Games V di bangkok,
PHSI mengadakan kejuaraan nasional di bandung. Tahun 1967, diselenggarakan
kejuaraan nasional di surabaya. Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi PGSI
karna tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Tahun 1969, diadaka
PON VII di surabaya, dimana para pegulat dari Sumtera utara, DKI
jaya, Jawa barat, Jawa tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa timur dan sulawesi selatan
mengukur krkuatan dalam arena tersebut. Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan
lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di bangkok. Tahun 1971, untuk
pertama kalinya dan merupakan terakhir kalinya gulat di pertandingkan di POM
(Pekan Olahraga Mahasiswa) di palembang.Tahun 1972 menjelang PON VIII di
jakarta, terlebih dahulu diadakan babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang
akan ikut serta dalam PON. Tahun 1973, PGSI juga kembali mengikuti kejuaraan
gulat di Glanbator, Mongolia, tim indonesia diwakili oleh Tigor Siahaan,
Syampurno, Johny Gozali, dan Darmanto. Selain itu kegiataninternasional yang di
ikuti oleh pegulat kia adalah:
1. Tahn 1974 Asian Games VII di
Teheran, PGSI mengirimkan pegulat tigor siahaah kelas 48 kg, dan Johny Gozali
kelas 62 kg.
2. Kejuaraan dunia tahun1978 di
Mexico, PGSI menurunkan pegulat Suwrto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg,
Tahi sihombinf kelas 68 kg, dan Eddy santoso kelas 74 kg.
3. Tahun 1980, di Rumania PGSI
mengirimkan pegulat Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62 kg, dan
Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
4. Tahun 1982, Asian Games IX di
New Delhi, PGSI mengirimkan Rubianto Hadi kelas 48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan
Alfan Sulaiman kelas 62 kg.
Sejak
pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal,
nasional maupun internasional.
C.
Peraturan Pertandingan Gulat
Sesuai
dengan unsur, maka olahraga gulat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :
1. Gulat Mini : 6 – 12 tahun
2. Gulat Anak-Anak : 13 – 16 tahun
3. Gulat Yunior : 17 – 20 tahun
4. Gulat Senior : di atas 20 tahun
Pertandingan olahraga gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12
x 12 meter sesuai dengan peraturan gulat internasional.Peraturan pertandingan
gulat internasional.Peraturan pertandingan yang dipakai juga peraturan
pertandingan gulat internasional dari FILA yang sudah disahkan oleh PB.PGSI.
Pegulat selama bertanding harus memakai baju internasional
(wrestlingsuit) sesuai dengan warna dari sudut mana dia berada, biru atau
merah. Wasit berada diantara kedua pegulat di lingkaran tengah, satu tangan
diluruskan ke depan, kemudian peluit dibunyikan dan lengan wasit ditarik
kembali. Pada waktu bertanding, bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa
saat maka wasit berteriak open agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi
kesempatan pada lawannya melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua
pegulat mengadakan kontak satu sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan
kontak maka diharuskan adanya serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit
harus berteriak action.
Setiap kali wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat
harus mengerjakan hal itu.Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib
menghentikan pertandingan dan memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu.
Bila hal ini terulang setujuan juri atau pres met wajib memberikan suatu angka
hukuman. Pemberian angka hukuman ini secara jelas dilakukan oleh wasit
sedemikian rupa sehingga juri dan ketua pertandingan serta umum jelas
melihatnya.Wasit memanggil kedua pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua
pertandingan, salah satu tangan wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang
mendapat hukuman lurus ke bawah di sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua
jari lurus ke atas dan rapat satu sama lain. Juri dan ketua pertandingan
mengangkat papan angka satu yang berwarna sesuai dengan tangan wasit yang
diangkat.Ini menunjukkan bahwa satu angka diberikan kepada pegulat yang
berwarna merah, maka juri mengangkat papan merah yang berangka 1. bantingan
(technical point). Nilai dua diberikan kepada lawannya bilamana keadaan bahaya
itu kurang dari 5 detik dan nilai 3 diberikan bila lebih dari 5 detik.
Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang
pegulat harus menjatuhkan atau mengunci musuhnya dalam teknik bergulat. Teknik
fisik yang ditunjukkan dalam gulat adalah joint lock, clinch fighting, dan
Grappling hold. Teknik ini dapat menyebabkan luka dalam yang serius. Banyak
gaya gulat yang diketahui dunia dan mempunyai sejarah yang panjang, dan
olahraga gulat sudah menjadi olahraga olimpik lebih dari 100 tahun.
joint lock adalah Sebuah teknik
kuncian dalam olahraga gulat melibatkan manipulasi sendi lawan, dengan
sedemikian rupa sehingga sendi mencapai menvapai pergerakan maksimal dan bagian
yang di kunci tidak bisa bergerak lagi.File:Roark armbar.jpg
clinch fighting adalah teknik bantingan
pingang teknik ini juga di modivikasi dlam olahraga judo teknik ini sangat baik
untuk mengunci lawan serta membantingnya dengan waktu yg
bersamaanFile:Clinching getting the back.jpg
Grappling hold adalah sebuah teknik
kuda-kuda dalam bergulat, teknik ini merupakan sebuat teknik awlan dalam
mengamnil atau menyerang lawan. teknik ini juga sering di pakai dalam olahraga
judo dan sumo teknik ini dikenal juga dengan bahasa jepang yaitu katame – waza.
olahraga gulat sekarang ini berkembang
pesat di indonesia terutama di surabaya, olahraga ini sekarang bukan hanya di
minati oleh kaum adam, olahraga ini juga diminati oleh kaum hawa. salah
satunya adalah pegulat perempuan yang bernama lengkap Ainun nisa’i mahberuroh
dia salah satu pegulat handal dari surabaya, sudah banyak penghargaan yang ia
raih. dalam tahun ini dia bersama kakak laki-lakinya yang bernama lengkap M
Habib Khusairi Abbas mereka mampu mengawinkan medali emas di kejuaraan provinsi
jawa timur (porprov) yang di selengarakan di kabupaten madiun dan merai
kemenangan dimasing-masing kategori yg di ikutinya. yaitu Nisa juara 1 gulat
bebas putri kelas 55kg dan M Habib juara 1 gulat bebas putra kelas 66kg.
D.
Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya
Olahraga
gulat mempertandingkan 2 macam gaya yaitu gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi.
Gulat gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi masing-masing meliputi kelas-kelas :
1. Kelas 48
kg 6.
Kelas 74 kg
2. Kelas 52
kg 7.
Kelas 82 kg
3. Kelas 57
kg 8.
Kelas 90 kg
4. Kelas 62
kg 9.
Kelas 100 kg
5. Kelas 68
kg 10.
Kelas 100 kg, + (over + 100 kg).
Di Ibukota Republik Indonesia Jakarta dibentuk Pengurus Besar
Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PB. PGSI, di Ibukota Propinsi
dibentuk Pengurus Daerah PGSI yang disingkat Pengda PGSI, di Ibukota
Kabupaten/Kotamadya dan Kota Administratif dibentuk pengurus cabang disingkat
Pengcab PGSI, yang masing-masing pembentukannya oleh kongres, rapat anggota
pemilihan pengurus cabang. sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah
mengenal gulat internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat
Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada
pesta-pesta di kota besar sebagai acara hiburan.
Tahun 1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni
bela diri Jepang seperti Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga
gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang.
Tahun 1959 di Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran
antara Batling Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan
itu mendapat perhatian yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di
Indonesia, khususnya masyarakat di kota Bandung. Pertandingan itu
diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), suatu wadah olahraga
amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Mengingat pada waktu itu
pemerintah dalam hal ini menteri olahraga tidak membernarkan adanya Organisasi
Olahraga Tinju dan Gulat bayaran. Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan
nasional dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian
Games IV tahun 1962, maka ketua OC Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli
(sekarang Mayjen Purn), untuk membentuk suatu organisasi gulat amatir.
Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar Indonesia dapat menerjunkan pada
pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu. Kol. Rusli yang mendapatkan mandat
dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu segera melaksanakan tugasnya.
Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung diantaranya Batling
Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana dan Abdul Djalil. Selain
beberapa kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman
Bandung, maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah
organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia
yang disingkat PGSI.
Dengan adanya kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI
mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia
yang berlangsung pada bulan Juni 1961. Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu
untuk mewakili Indonesia yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph
Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi) Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas)
ketiganya dari Bandung, seoran gdari Yogyakarta yakni Elias Margio (kelas 62 kg
gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai tim
manajer serta Batling Ong sebagai pelatih.
Dalam PON V tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah
satu cabang olahraga yang dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop
Varia (sekarang Nusantara). Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus
mengirimkan para pegulatnya juga. Namun Jawa Barat tetap memborong medali
terbanyak.
Tahun 1962 Asian Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia
menurunkan para pegulatnya secara full team, mulai dari kelas 52 kg sampai
dengan 87 kg. Prestasi para pegulat kita belum begitu menggembirakan, Indonesia
hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman
Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi.
Dalam Ganefo I (Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung
di Jakarta tahun 1963, Indonesia juga mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph
Taliwongoso yang bertanding di kelas 70 kg, gaya Yunani-Romawi berhasil meraih
medali perak, sedangkan Suharto kelas 97 kg, meraih perunggu.
Tahun 1964 PB. PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea
Utara untuk menambah pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu
ialah Rachman Firdaus, Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan
Wachmana.
Tahun 1965 menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul
pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny
Gozali. Sayang para pegulat ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam
arena PON VI yang batal karena situasi politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya
kemajuan para pegulat Indonesia. Tahun 1966 menjelang Asian Games V di Bangkok,
PGSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Setelah melakukan seleksi yang
ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman Firdaus, S.H., Ir. Suparman Hamid dan
Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat kontingen Indonesia.
Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya,
kesempatan ini merupakan yang terakhir kalinya dihadiri oleh Bapak Gulat
Indonesia Batling Ong Hong Liong. Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi
PGSI karena tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Kesempatan ini diarahkan
untuk mempersiapkan diri menghadapi PON VII tahun 1969 di Surabaya.
Tahun 1969, diadakan PON VII di Surabaya dimana para pegulat dari
daerah-daerah Sumatera Utara, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengukur kekuatannya dalam arena
tersebut. Daam PON VII ini terlihat olahraga gulat semakin berkembang bahkan
muncul pula wajah-wajah baru yang penuh semangat dan berbakat.
Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam
Asian Games VI di Bangkok. Untuk itu PGSI mulai menyusun tim dengan terlebih
dahulu mengadakan kejuaraan nasional di Bandung. Para pegulat yang terpilih
adalah Tigor Siahaan, Sampurno, Darmanto, dan Johny Gozali, namun kali ini
gulat juga belum berhasil memperoleh medali untuk disumbangkan di pangkuan Ibu
Pertiwi. Tahun 1971, untuk pertama kalinya dan ternyata merupakan terakhir
kalinya gulat dipertandingkan pula dalam POM (pkean Olahraga Mahasiswa) di Palembang.
Tahun 1972, menjelang PON VIII di Jakarta, terlebih dahulu diadakan
babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang akan ikut serta dalam PON. Untuk
pelaksanaannya tahun itu juga PGSI menyelenggarakan kejuaraan Nasional di Medan
dan bagi pegulat yang lolos dari babak kualifikasi dapat ikut serta dalam PON
VIII tahun 1973 di Jakarta.
Dalam
PON VIII ini pula dipertandingkan gulat dalam 2 nomor yakni gaya Yunani-Romawi
dan gaya bebas.
Tahun 1973, ini PGSI juga kembali ikut serta dalam kejuaraan gulat
di Glanbator, Mongolia dan tim Indonesia terdiri dari Tigor Siahaan, Syampurno,
Johny Gozali dan Darmanto.
Selain
itu kegiatan internasional yagn diikuti oleh para pegulat kita adalah :
a) Tahun
1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI mengirimkan pegulat Tigor Siahaan kelas
48 kg dan Johny Gozali kelas 62 kg ; kejuaraan dunia tahun 1978 di Mexico PGSI
menerjunkan pegulat-pegulat Suwarto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg,
Tahi Sihombing kelas 68 kg dan Eddy Santoso kelas 74 kg.
b) Tahun
1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62
kg dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
c) Tahun
1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI mengirimkan Rubianto Hado kela s48 kg,
Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman kelas 62 kg.
Sejak
pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal,
nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan bertambah dan daerah baru
PGSI juga bertambah.
Saat
ini di seluruh Indonesia PGSI mempunyai 17 Pengda :
1.
Pengda PGSI Sumatera Utara, jalan Karantina 50 Medan,
2.
Pengda PGSI Sumatera Barat, jalan Arief Rahman Hakim 6 Padang
3.
Pengda PGSI Riau, Kepala Kantor Kecamatan Tebing Tinggi di Selat Panjang
4.
Pengda PGSI Sumatera Selatan, GOR KONI Sumatera Selatan jalan Kapten A. Rivai
Palembang
5.
Pengda PGSI Jawa Barat, jalan Aceh 47- 49 Bandung
6.
Pengda PGSI DKI Jaya, Manajer Stadion Utama Senayan Pintu 8 Jakarta
7.
Pengda PGSI Jawa Tengah, SGO jalan Atmodirono 2/4 Semarang.
8.
Pengda PGSI D.I. Yogyakarta, jalan Dr. Wahidin 20 Yogyakarta
9.
Pengda PGSI Jawa Timur, jalan Ngagel Timur II/30 Surabaya
10.
Pengda PGSI Kalimantan Tengah , SMOA Negeri Palangkaraya
11.
Pengda PGSI Kalimantan Selatan, Kantor Depdikbud Kecamatan Banjar
Barat
jalan Batu Tiban Banjarmasin.
12.
Pengda PGSI Kalimantan Timur, SGO Negeri Samarinda jalan pahlawan
Samarinda
13.
Pengda PGSI Sulawesi Utara, KONI Propinsi Sulawesi Utara jalan A. Yani
Manado.
14.
Pengda PGSI Sulawesi Selatan, jalan Hatimurah 2 Ujung Pandang
15.
Pengda PGSI Sulawesi Tengah, Sdr. Suwardji SKKP negeri palu.
16.
Pengda PGSI Sulawesi Tenggara, Sdr. Watimena jalan Fajarmerantau
Kendari.
17.
Pengda PGSI Irian Jaya, KONI Irian Jaya Jayapura.
Gulat
merupakan salah satu olahraga yang perlu pembinaan secara signifikan agar
teknik-teknik dalam pergulatan tidak kaku bagi atlet dalam melakukan, bahkan
atlet menjadikan olahraga gulat ini olahraga yang menarik dan menyenangkan
untuk terus dikembangankan yang nantinya dapat membina bakat dan mempertinggi
prestasi atlet tersebut.
Dalam
olahraga ini diperlukan kekuatan dan daya tahan tubuh, selain itu faktor-faktor
lain yang mempengaruhi gerak berupa kecepatan, kelincahan, dan reaksi, karena
tanpa adanya keserasian dan keseimbangan kecepatan otot yang baik, sebuah
teknik gulat tidak akan menghasilkan gerakan dengan kecepatan yang optimal.
Untuk meningkatkan kecepatan, agility, dan reaksi khususnya pada gerak menahan
serangan lawan (counter attak), maka perlu dilakukan perpaduan latihan dari
tiga komponen tersebut. dengan melalui perbaikan kualitas gerak (skill), berupa
teknik gerakan pada kecepatan, kelincahan, dan reaksi. Agar memperoleh hasil
yang optimal.
a. Terdapat
2 jenis gaya dalam olahraga gulat diantaranya :
1. gulat
gaya yunani-romawi ( Greco roman )
gulat
gaya Yunani-Romawi memperbolehkan peserta menggunakan lengan dan tubuh bagian
atas untuk saling bergulat.
Mereka
tidak boleh menggunakan kaki untuk melakukan kontak dengan lawan atau
menggunakan tangan di bawah pinggang. Sebagai hasilnya, terjadi lebih banyak
lemparan dibanding gulat gaya bebas, dengan tujuan keduanya untuk memiting bahu
lawan ke lantai selama dua detik. Poin juga diperoleh untuk lemparan dan
gerakan takedown, dengan pertandingan segera dinyatakan berakhir jika pegulat
memperoleh keunggulan poin 6-0 Pertarungan berlangsung dalam tiga ronde yang
terdiri dari dua menit aksi, dengan matras gulat lingkaran tengah berukuran
lebar delapan meter.
Sebagai
pertarungan kekuatan dan keahlian untuk mencoba menguasai lawan, gulat telah
menjadi begitu rumit selama bertahun-tahun dalam hal teknik yang digunakan oleh
para pegulat. Kompetisi gulat di London 2012 digelar dengan sistem gugur
langsung, melibatkan tujuh kategori berat mulai dari kelas hingga 55 kg sampai
dengan 96-120 kg.
2. gulat
gaya bebas
gulat
gaya bebas memperbolehkan peserta menggunakan lengan dan seluruh tubuh bagian
untuk saling bergulat. Mereka boleh menggunakan kaki untuk melakukan kontak
dengan lawan atau menggunakan tangan di bawah pinggang.
Sebagai
hasilnya, terjadi lebih banyak kuncian dibanding gulat gaya Greco roman, dengan
tujuan keduanya untuk memiting bahu lawan ke lantai selama dua detik. Poin juga
diperoleh untuk lemparan dan gerakan takedown, dengan pertandingan segera
dinyatakan berakhir jika pegulat memperoleh keunggulan poin 6-0 atau posisi
pundak lawan sudah menyentuh permukaan matras selama 5 detik Pertarungan
berlangsung dalam tiga ronde yang terdiri dari dua menit aksi, dengan matras
gulat lingkaran tengah berukuran lebar delapan meter. Pertandingan olahraga
gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12 x 12 meter sesuai dengan peraturan
gulat internasional Peraturan pertandingan yang dipakai juga peraturan pertandingan
gulat internasional dari FILA yang sudah disahkan oleh PB. PGSI.
Pegulat
selama bertanding harus memakai baju internasional (wrestlingsuit) sesuai
dengan warna dari sudut mana dia berada, biru atau merah. Wasit berada diantara
kedua pegulat di lingkaran tengah, satu tangan diluruskan ke depan, kemudian
peluit dibunyikan dan lengan wasit ditarik kembali. Pada waktu bertanding,
bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa saat maka wasit berteriak open
agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi kesempatan pada lawannya
melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua pegulat mengadakan kontak satu
sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan kontak maka diharuskan adanya
serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit harus berteriak action.
Setiap
kali wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat harus mengerjakan
hal itu. Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib menghentikan
pertandingan dan memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu. Bila hal ini
terulang setujuan juri atau pres met wajib memberikan suatu angka hukuman.
Pemberian angka hukuman ini secara jelas dilakukan oleh wasit sedemikian rupa
sehingga juri dan ketua pertandingan serta umum jelas melihatnya. Wasit
memanggil kedua pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua pertandingan,
salah satu tangan wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang mendapat
hukuman lurus ke bawah di sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua jari
lurus ke atas dan rapat satu sama lain. Juri dan ketua pertandingan mengangkat
papan angka satu yang berwarna sesuai dengan tangan wasit yang diangkat. Ini
menunjukkan bahwa satu angka diberikan kepada pegulat yang berwarna merah, maka
juri mengangkat papan merah yang berangka 1.
b. Teknik
Dasar Gulat
Teknik
adalah cara melakukan atau melaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu secara
efektif dan efisien. Teknik yang baik selalu berdasar pada teori dan
hukum-hukum yang berlaku pada ilmu pengetahuan untuk menunjang pelaksanaan
teknik tersebut, misalnya bio mekanika, fisiologi, dan kinesiologi. Untuk
mengembangkan prestasi gulat peranan teknik erat hubungannya dengan kemampuan
fisik, teknik, dan mental. Teknik dasar tersebut harus benar-benar dapat
dikuasai agar dapat mengembangkan mutu prestasi dalam cabang olahraga gulat.
Adapun
tehnik tehnik dasar gulat adalah sebagai berikut :
1) Teknik
jatuhan meliputi jatuhan samping kanan, jatuhan samping kiri, jatuhan
belakang,dan jatuhan depan,
2) Teknik
posisi bawah meliputi posisi lawan tiarap (gulungan perut, putaran, sambungan),
posisi lawan merangkak (pengambilan teknik dari samping kiri) (bantingan
samping, tangkapan tangan, gulungan perut tehnik angkatan croos)
3) Teknik
serangan kaki meliputi teknik gaitan kaki, teknik tangkapan kaki, teknik
angkatan kaki, dan teknik tangkapan dua kaki,
4) Teknik
bantingan meliputi teknik bantingan memutar, teknik bantingan bahu, teknik
bantingan pinggang, teknik bantingan samping teknik bantingan ke
belakang,teknik bentingan menyamping, dan teknik bantingan kayang,
5) Teknik
susupan ketiak,
6) Teknik
tarikan tangan, dan
7) Teknik
sambungan meliputi teknik sambungan kepala dan kaki, teknik sambungan pinggang
c. Teknik
Serangan Kaki.
Pengertian
teknik serangan kaki.Teknik dasar serangan kaki adalah suatu teknik dasar gulat
yang dipergunakan dalam pergulatan pada saat posisi kedua pegulat berdiri dalam
usaha menjatuhakan, menguasai lawan atau mengunci lawan dengan sasaran serangan
pada bagian kaki (Rubianto Hadi, 2004 : 19).
d. Macam–macam
teknik serangan kaki.Teknik serangan kaki terdiri dari :
1)
Teknik gaitan kaki,
2)
Teknik tangkapan kaki satu kaki..
3)
Teknik angkatan kaki,
4)
Teknik bantingan tangkapan dua kaki.
Teknik
angkatan kaki.Teknik angkatan kaki merupakan bagian dari teknik dasar serangan
kaki.Teknik angkatan kaki merupakan teknik yang sangat memerlukan kekuatan dan
tenaga yang besar dalam melakukannya, karena dalam teknik ini pegulat
mengangkat badan lawan dengan sasaran kaki lawan dan badan lawan harus diangkat
hingga setinggi bahu. Adapaun cara melakukannya yaitu kedua tangan menangkap
kedua kaki lawan, kemudian kaki dan badan lawan diangkat di atas bahu,
selanjutnya dengan berlutut pada salah satu kaki, lawan dijatuhkan pada posisi
terlentang (Rubianto Hadi, 2004 : 20).Berikut urutan gambar tehnik angkatan
kaki :
E.
Analisa Gerakan Pada Cabang Olahraga Gulat
1. Teknik
Dasar
Teknik
masuk, membanting, menggulung, mengunci.
2. Karakteristik
kondisi fisik
Dalam
melakukan teknik dasar (teknik masuk, membanting, menggulung, mengunci)
kelentukan dan kelenturan terutama pada sendi-sendi yang berperan aktif seperti
sendi pinggang, sendi leher dan otot yang dominan digunakan dalam olahraga
gulat seperti otot tungkai, otot lengan, otot perut dan dalam olahraga ini
sangat diperlukan kemampuan efektif siatlit dalam menyelesaikan pertandingan.
3. Sistem
energi dominan
a. ATP-PC
dan LA
Pada
sistim ini oksigen dibawa darah masuk ke dalam setiap sel dan di dalam
mitochondria bersama asam pinupat yang diproduksi saat rsepirasi aerobick.
Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah karbondioksida, air, dan energi yang
kemudian disimpan dalam bentuk ATP agar pada saat latihan energi dapat
digunakan.
b. ATP-PC
Konferensi
molelul ADP menjadi ATP (dengan pendekatan fosfat yang ketiga). Energi yang
diambil untuk reaksi ini dapat dikatakan disimpan dalam bentuk ATP. Zat inilah
yang dapat dengan mudah disimpan dalam semua sel. Ketika energi yang
dibutuhkan, terjadi reaksi yang mengubah kembali ATP menjadi ADP, reaksi ini
melepaskan energi yang disimpan untuk melakukan kegiatan dalam teknik-teknik
pada gulat.
c. LA-02
Pada
keadaan normal ini dikuti oleh respirasi aerobik yang mengurai asam laktat
tersebut dengan menggunakan oksigen. Penggunaan ini banyak menghasilkan energi.
Pada kondisi abnormal proses tersebut tidak segera diikuti oleh respirasi
aerobik dalam aktivitas jogging menghasilkan asam laktat yang menyebabkan kram
otot dan di sini membutuhkan oksigen lebih lambat, tetapi asam laktat tetap
membentuk secara perlahan.
d. 02
Tipe
respirasi internal hanya dapat terjadi bila tersedia oksigen bebas yang dihirup
ke dalam tubuh, melalui respirasi ini sebagian besar makhluk hidup memperoleh
energi yang berlimpah sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk melakukan
aktivitas fisik.
4. Otot
yang berperan
a. Penggerak
utama
-
Otot tungkai
-
Otot lengan
-
Otot leher
-
Otot pinggang
-
Otot perut
b. Penggerak
antagonis
-
Push up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
-
Sit up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
-
Back up sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
-
Roll sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
-
Push sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
c. Penggerak
sinergis
-
Otot lengan berfungsi untuk menjauhkan lawan
-
Otot tungkai berfungsi untuk pertahanan dari serangan lawan
d. Penggerak
stabilisator
-
Otot tungkai
-
Otot lengan
-
Otot besar
-
Otot pinggang
-
Otot leher
5. Sendi
dan gerakan
Saat
menjatuhkan lawan semua otot berperan aktif mulai dari otot-otot penggerak
utama, penggerak antagonis, penggerak sinergis, penggerak stabilisator dan otot
ini berperan sesuai dengan fungsinya.
6. Mekanisme
gerakan
a. Kinetika
Teknik
masuk, membanting menggulung, dan mengunci sangat perlu sekali dilatih dalam
olahraga ini karena dengan banyaknya latihan maka akan memperoleh hasil yang
matang, sehingga dalam pertandingan dapat melakukan pengoptimalan dalam
pertandingan.
Kinetika
dimana dalam keadaan latihan harus mampu melatih kondisi fisik dengan baik atau
istirahat yang teratur agar kondisi kita itu selalu fit dalam melaksanakan
suatu aktivitas olahraga tersebut kita harus selalu menjaga ketahanan tubuh dan
kesehatan agar tidak mudah lelah dan cepat kehabisan energi.
Mungkin
dari kalian banyak yang tidak tahu bagaimana permainan atau carany bergulat,
Gulat itu merupakan olahraga dari permainan SmackDown.... ya,.. tata cara
bermainnya hampir mirip, tekniknya juga sama, Tetapi teknik yang digunakan
dalam permainan Gulat yang dilombakan dalam PON atau SeaGames ituteknik yang
safety (aman), karena tidak ada pukulan tendangan atau tamparan yang ada hanya
bantingan dan pitingan saja, peraturan bermain gulat itu sederhana yaitu
kumpulkan poin sebanyak-banyaknya atau tempelkan pundak musuh ke matras,
Pegulat
akan hanya bergulat pegulat di kelas berat mereka, ini adalah equaliser besar
yang banyak olahraga lainnya tidak menawarkan.
Gulat
berlangsung di atas tikar gulat yang permukaan berlapis yang akan memiliki
tanda-tanda untuk menunjukkan pusat serta keluar dari batas poin dari wilayah
gulat. Seragam terdiri dari Wrestling Singlet, gulat sepatu, gulat tutup kepala
dan pegulat banyak memilih untuk juga memakai Kneepads. Ada beberapa aturan di
gulat yang dirancang untuk melindungi pegulat serta memfasilitasi penilaian,
kita akan berkonsentrasi pada dasar-dasar penilaian dan di masa depan posting
yang kita akan membahas peraturan lainnya secara rinci. Pertandingan gulat
dimulai di posisi yang “netral” dengan kedua pegulat yang berdiri di tengah
tikar. Objek pertandingan adalah untuk pegulat untuk mengambil lawannya ke
tikar dan mudah-mudahan menyerahkan dia untuk pinfall yang hanya memegang lawan
tulang belikat datar di atas tikar selama 2 detik. Menghalangi pinfall ada cara
lain untuk mencetak gol dalam pertandingan gulat. Takedown bernilai 2 poin,
takedown terjadi ketika satu pegulat membawa pegulat lain tikar dan telah
lawannya terkendali. Cara lain untuk skor melalui dekat gugur titik, Anda skor
dekat jatuh poin ketika Anda membuka lawan Anda kembali ke tikar. Kembali harus
dalam sudut 45 derajat dari tikar untuk wasit untuk mulai menghitung. Jika Anda
memegang lawan dalam posisi ini untuk hitungan tiga-kedua, Anda akan memperoleh
dua poin; hitungan lima detik penghargaan Anda dengan tiga poin. Di bawah ini
adalah contoh dari seorang pegulat dalam keadaan jatuh dekat.
Cara
lain untuk skor termasuk lolos dan pembalikan, melarikan diri pegulat satu
titik ketika seorang pegulat yang berada di bawah istirahat gratis dari orang
di terlalu dan kembali ke kaki-Nya, yang merupakan titik 1. Pembalikan terjadi
ketika orang di bawah switch posisi dengan laki-laki di atas, pembalikan
bernilai 2 poin.
BABA
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gulat
merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu yang berasal dari
yunani-romawi. Olahraga gulat indentik dengan dua orang yang saling berhadapan
dan berusaha untuk mengungguli lawanya dengan cara menarik, mendorong,
membanting, menjegal, dan mengunci sampai punggung lawan menempel di atas
matras. Ada dua gaya yang dipertandingkan olahraga gulat yaitu gaya Bebas
(Freestyle) dan gaya Romawi Yunani (Greeco Roman).
Dimana tempat latihan GULAT di Jakarta?
BalasHapus